Friday, April 21, 2006

21 April

Tanggal 21 April adalah tanggal lahir RA Kartini, sosok perempuan cerdas dan maju yang pikiran-pikirannya mendobrak tradisi pada waktu itu dan menginspirasi tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan RI. Bahkan saya yakin pikiran-pikirannya akan terus bersinar seiring dengan perjuangan yang dilakukan kaum perempuan khususnya Indonesia dalam mendapatkan "sedikit" haknya, sebagai perempuan dan sebagai manusia.
Jujur saya tak punya bahasa puja-puji tentang sosok RA Kartini. Karena tanpa bahasa puja puji saya, dan juga orang lain, RA Kartini tetaplah seorang besar. Seorang yang pikiran-pikirannya terlihat kemilau menerangi jaman.
Karena itulah saya lebih memilih untuk melihat realitas kaum perempuan Indonesia dewasa ini. Dimana kaum perempuan Indonesia sekarang kondisinya masih jauh dengan apa yang diperjuangkan oleh RA Kartini. Kaum perempuan masih dianggap sebagai subordinasi kekuasaan laki-laki. Maka tak heran, RUU APP lebih banyak menyorot tata cara berdandan perempuan. Seolah-olah cara berdandan perempuan faktor besar yang menentukan tingkat kesucian sebuah bangsa. Seperti juga yang pernah dinyatakan oleh iklan bikinan Adwork! Euro RSCG Ball Partner tahun 1996(kebetulan modelnya adalah mantan pacar teman kantor saya). Di iklan tersebut divisualkan sepasang paha perempuan dengan memakai rok mini dengan headline "Bagaimana angka kejahatan seksual bisa rendah kalau rok Anda semakin tinggi?".
Selain persoalan subordinasi kaum laki-laki, perempuan Indonesia juga masih harus banyak menghadapi masalah yang bersifat empirik sehari-hari. Kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, perburuhan, tkw, perdagangan kaum perempuan, adalah beberapa kasus yang mengemuka. Saya melihat betapa pelik dan beratnya persoalan yang dihadapi kaum perempuan Indonesia. Namun menurut saya adalah hal pertama yang harus dilakukan adalah bagaimana merubah cara pandang dan pikir laki-laki Indonesia terhadap sosok perempuan. Ini artinya apa? artinya siapkah kalian, wahai laki-laki Indonesia, untuk melakukan perubahan itu?


p.s : selamat ulang tahun istriku. maaf tak ada kado ataupun pesta. cuma doa dan harapan yang bisa kuberikan. kebetulan tanggal lahirmu sama dengan tanggal lahir RA Kartini, semoga kau pun memiliki semangatnya. sejahteralah, bahagialah dan berdayalah kamu sebagai seorang perempuan, ibu dan istri.

Wednesday, April 19, 2006

Waiting for Ratu Adil

Judul diatas adalah gabungan dua hal yang sama sekali berbeda, tapi punya benang merah yang sama yaitu "peristiwa" menunggu, sosok yang ditunggu dan tiadanya ketentuan pasti kapan yang ditunggu akan datang. Waiting for saya ambil dari lakon Waiting for Godot-nya Samuel Beckett (Irlandia, 1906, pemenang Nobel Sastra 1969) dan Ratu Adil adalah sosok yang disebut dalam ramalan/jangka Jayabya (raja Kediri, Jawa Timur,1135).
Saya bukan bermaksud memprovokasi orang agar percaya Ratu Adil. Tapi saya hanya terusik dengan kenyataan empiris bahwa manusia di alam bawah sadarnya ternyata terlibat dalam peristiwa menunggu sesuatu dengan h2c (harap-harap cemas) secara terus menerus. Anehnya lagi yang ditunggu bukanlah sosok yang nyata tapi sosok imajiner.
Dalam Waiting for Godot, tidak dijelaskan dengan jelas siapa Godot sebenarnya. Gimana bentuk tubuhnya, berapa umurnya, wajahnya kayak apa, laki-laki apa perempuan (kalo dilihat dari namanya kayaknya laki-laki), merokok apa tidak, dan deskripsi fisik lainnya. Ratu Adil juga demikian. Tak ada deskripsi fisik yang jelas. Yang dijelaskan cuma ciri-ciri non fisik, seperti dia adil dalam memerintah, memberi pengayoman kepada semua golongan, melayani dengan ikhlas, pinter mengelola kekayaan negara dan penjelasan lain yang mengawang-awang sejenis itu.

Khayalan manusia tertindas
Manusia dilahirkan dengan kondisi yang lemah, dhaif. Manusia sampai batas manapun tak akan mampu melawan ataupun mengalahkan bencana alam, pertambahan usia dan kematian. Bahkan ada saatnya manusia tidak berdaya apa-apa di tengah situasi politik, ekonomi, budaya dan lapangan percaturan kehidupan lainnya.
Menusia juga dilahirkan dengan diberi kemampuan untuk merespon peristiwa/kejadian dalam dirinya atau luar dirinya. Oleh karena itu setiap peristiwa yang terjadi di tengah manusia pasti melahirkan sesuatu. Respon paling dekat yang lahir adalah munculnya pemikiran ataupun sesuatu yang berhubungan dengan aktifitas otak, menghayal misalnya.
Nah, dengan kemampuannya untuk memberikan respon inilah, maka manusia berusaha menghayalkan kondisi bahagia di depan sana. Situasi ini memungkinkan manusia "seolah-olah" berada dalam situasi kemenangan, kejayaan, kegembiraan, kesenangan dan hal-hal yang menguntungkan dirinya.Lebih dalam lagi manusia ditempatkan pada posisi menunggu kapan kondisi "seolah-olah" itu datang.
Kondisi "seolah-olah" itulah yang menurut saya adalah bentuk khayalan manusiawi. Kenapa manusiawi, karena setiap orang pasti memilikinya. Dengan daya respon yang dimiliki inilah manusia terus menerus melawan ketertindasan yang menimpa dirinya.
Dalam situasi perlawanan inilah, timbul suatu dunia indah yang penuh pengharapan. Dunia ini meskipun dekat tapi sebenarnya jauuh sekali. Karena munculnya di bawah sadar manusia. Ia hanyalah dunia rekaan. Ia adalah "dunia seolah" yang kehadirannya menjadi obat dari batin yang merasa menderita. Meskipun "dunia seolah" namun manusia tak bisa lepas darinya, bahkan tak mau melepasnya.

Ketertindasan terus menerus
Situasi yang menindas bukan melulu monopoli kelas/kelompok masyarakat tertentu. Pengusaha yang bisnisnya bejibun pun saya yakin hidupnya tertindas. Pemerasan oleh aparat , daya beli yang rendah, hutang, atau paling tidak tertindas oleh nafsu Animal Economicus-nya. Sedangkan rakyat miskinpapa jelas tertindas oleh ketidakmampuan dan ketiadaannya peluang untuk membuang jauh-jauh kemiskinpapaannya.
Siapapun yang masih memiliki embel-embel sebagai manusia pasti mengalami ketertindasan.
Ketertindasan itu celakanya terjadi sepanjang hidup manusia. Tak ada dalam sejarah, manusia lepas dari ketertindasan, meskipun itu dalam hitungan detik. Karena seperti yang saya tulis di atas, manusia sekecil apapun akan berhadapan dengan ketertindasan, minimal oleh nafsunya sendiri.
Lantas apa yang terjadi ketika manusia sudah lepas dari ketertindasan? Apakah kalau sudah terlepas dari ketertindasannya manusia sudah tidak lagi berada dalam posisi menunggu sesuatu? Saya tidak bisa menjawabnya. Karena saya belum pernah jadi rabi, sufi atau yang lebih jauh : saya belum (pernah) mati.

Keseimbangan

Betapa pentingnya keseimbangan dalam kehidupan. Keseimbangan memungkinkan terwujudnya tata kehidupan yang nyaman dan tenteram. Alam yang luar biasa luas ini pun diciptakan Tuhan dengan azaz keseimbangan. Itulah mengapa alam raya ini masih eksis sampai sekarang ini.
Kalau bicara soal keseimbangan tentu tak lepas dari dua unsur yang bertentangan. Positif-negatif, hitam-putih, baik-jahat, cakep-jelek, dan masih banyak lagi. Dua unsur yang saling bertentangan itu pada suatu waktu akan menjadi energi yang begitu besar dan bermanfaat dalam kehidupan. Namun pada sisi yang lain bisa berlaku sebaliknya. Karena itu manusia dengan modal mulianya yang bernama akal, diberi kebebasan sebesar-besarnya untuk mengeksplorasi dua unsur yang bertentangan itu.
Ajaran-ajaran agama kuno, seperti Tao, mengenalkan konsep keseimbangan bahkan sangat menekankan pentingnya keseimbangan dua unsur yang bertentangan yaitu ying dan yang. Ketidakseimbangan bisa dipastikan akan menimbulkan chaos. Timbulnya chaos akan menyebabkan energi-energi negatif akan menguasai kehidupan yang selanjutnya mendorong ke arah kerusakan.
Dalam lingkup yang lebih kecil, kita pun butuh keseimbangan. Setelah kerja keras seharian di kantor, ditambah caci maki dari bos maka kita butuh sarana lain untuk menciptakan keseimbangan. Kalau yang sudah berkeluarga, seperti saya, bertemu anak istri di rumah bisa membuat pikiran dan tubuh segar kembali. Buat yang lajang, pergi ke lounge atau sekalian dugem sampe pagi, mungkin bisa membuat otot-otot jadi liat lagi. Namun gimana caranya menciptakan keseimbangan di saat suasana chaos terjadi? Kalo saya sih, cukup dengan humor. Saya betul-betul percaya, humor adalah senjata psikologis ampuh buat melawan keruwetan pikiran dan kesuntukan batin. Humor membuat saya bisa bertahan dalam kehidupan yang indah sekaligus keras ini. Dengan humor saya bisa mentertawakan chaos yang terjadi dengan cara yang dewasa, bermartabat dan beradab. Dengan humor saya membuktikan bahwa saya seorang manusia, bukan mesin, robot, ataupun benda mati lainnya.

Thursday, April 13, 2006

panduan singkat mendidik anak

Sebuah puisi yang menyentuh sekali tentang bagaimana mendidik anak-anak kita...



Dari Lingkungan Hidupnya Anak-anak Belajar…

(Dorothy Law Nolte)


Jika anak dibesarkan dengan celaan

Ia belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan

Ia belajar menentang

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan

Ia belajar rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan toleransi

Ia belajar jadi penyabar

Jika anak dibesarkan dengan dorongan

Ia belajar percaya diri

Jika anak dibesarkan dengan pujian

Ia belajar menghargai

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan

Ia akan terbiasa berpendirian

Thursday, April 06, 2006

Libur Lagi

Entah harus seneng atau sedih. Minggu depan ada hari libur lagi. Nggak tanggung-tanggung. 2 hari, Senin (10/4, hari Maulid Nabi Muhammad SAW) dan Jum'at (14/4, wafatnya Yesus Kristus). Jadi minggu depan masuk kerja cuma 3 hari.
Dua hari libur itu memang untuk menghormati hari besar agama. Satu sisi saya bisa memaklumi atas niat pemerintah untuk menghormati hari besar agama dengan pemberian hari libur, tapi di sisi lain saya bertanya sejauh mana hari libur itu mempengaruhi umat beragama jadi lebih khusuk merayakan ajaran/hikmah dari peristiwa keagamaan tersebut. Saya kira nggak ada pengaruhnya. Sebab orang melaksanakan ajaran agama dengan sungguh-gungguh itu tidak perlu karena mengharapkan pamrih diberikannya kemudahan seperti hari libur itu. Mau libur atau nggak, ajaran agama tetap harus dilaksanakan ya tho?
Mungkin Indonesia adalah negara dengan hari libur terbanyak. Saya cuma memperkirakan saja. Karena melihat hari libur untuk perayaan agama saja udah banyak. Belum lagi ditambah hari libur nasional dan cuti (terpaksa)bersama. Kalo udah gini, siapa yang senang dan siapa yang susah?

Karl May dan Pelajaran Geografi

Saya baru saja menyelesaikan satu novel karya Karl May (1842 - 1912), Winnetou I. Sebuah novel tentang petualangan seorang kulit putih (Jerman)yang mendapat julukan Old Shatterhand di tanah Wild West dan bertemu dengan seorang bijak Winnetou, kepala suku Indian Apache. Menarik sekaligus imajinatif sekali saat membaca novel karya Karl May tersebut.
Bagi generasi ABG (angkatan Babe Gue) Winnetou ini bukan tokoh asing lagi. Karena kehadirannya di Indonesia mulai tahun 50-an dan populer di tahun-tahun 60 - 80an, tentu saja lewat novel. Sedangkan saya baru kenal Winnetou dan Old Shatterhand di tahun 2006. Uff! betapa terlambatnya saya kenal Opa Karl May ini. Tapi nggak apa-apa, karena novel ini tetap memesona dan bisa diterima sampai generasi kapanpun juga. Karena novel ini menceritakan tentang kemanusiaan, harkat hidup manusia, cinta kasih, perdamaian dan nilai-nilai universal lainnya.
Sebagai seorang yang pernah belajar geografi ( saya pernah belajar geografi di Fak. Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta , ehm), saya sangat terkesima dengan uraian Karl May tentang deskripsi wilayah lokasi, cuaca dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat tempat petualangan Old Shatterhand dan Winnetou ini.
Karl May dengan bahasa yang mengalir dan imajinatif menceritakan dengan jelas, kondisi fisik tempat itu . Sehingga saya merasa mudah sekali memahami soal bagaimana karakteristik daerah praire, sabana, ngarai, lembah, bukit, gunung, sungai, anak sungai, dan tebing. Kalau dalam bahasa geografi itu semua disebut dalam topografi.
Saya mengkhayal sendainya text book kuliah geografi dibuat seperti novel petualangan Karl May ini, perkuliahan pasti akan terasa menyenangkan sekali. Tak ada rasa kantuk dan bosan seperti yang saya alami dulu. Tapi kalau itu terjadi, alumnus geografi nanti jadi sastrawan semua kali ya?

O ya, para penggemar karya Karl May ini juga punya situs. Silahkan klik
http://indokarlmay.com

Saya telah berbicara, Howgh!

Monday, April 03, 2006

Indonesia-Australia Berbalas Kartun

Ada yang menarik di tengah hubungan Indonesia - Australia akhir-akhir ini, tepatnya akhir Maret - awal April yaitu aksi berbalas kartun. Pada awalnya adalah pemuatan kartun PM Australia John Howard dan Menlu Australia Alexander Downwer yang dikartunkan sebagai anjing Dingo di Harian Rakyat Merdeka edisi Senin, 27 Maret 2006. Kemudian sebuah koran Australia, The Weekend Australian edisi Sabtu (1/4), mengkartunkan Presiden SBY yang berkopiah dan berekor seperti anjing dan sedang berhubungan badan dengan anjing lain yang digambarkan sebagai orang Papua.
Menurut Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English, AS Hornby with AP Cowie & AC Gimson, Oxford University Press, 1974 adalah 1 drawing dealing with current (esp. political) events in amusing or satirical way. 2 full-size preliminary drawing on paper, used as a model for painting, a tapestry, a fresco, a mosaic, etc. 3 (=animated - ) cinema film made by photographing a series of drawings: a Walt Disney -. Sedangkan KBBI/ Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pegembangan Bahasa, ed. 2.-cet. 10.- Jakarta : Balai Pustaka, 1999 menuliskan bahwa kartun adalah 1 film yang menciptakan khayalan gerak sebagai hasil pemotretan rangkaian gambar yang melukiskan perubahan-perubahan posisi; 2 gambar dengan penampilan yang lucu, berkaitan dengan keadaan yang sedang berlaku ( terutama mengenai politik). Mengacu pada definisi no. 1 dari Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English dan no. 2 dari KBBI/ Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pegembangan Bahasa, maka saya menyimpulkan bahwa kartun adalah gambar yang lucu dan bermaksud "melucukan" suatu peristiwa tertentu. Kedua kamus itu bahkan sama-sama menunjuk kepada peristiwa politik. Sebagai gambar lucu seharusnya kartun bisa membuat orang tertawa tapi anehnya kartun malah membuat banyak orang marah-marah tak karuan.
Semoga saja aksi berbalas kartun ini tidak diteruskan dengan aksi berbalas kemarahan. Karena bisa saja kalau setiap warga negara dua negara tersebut menjadi marah dan reaksioner maka bisa saja nantinya akan timbul provokasi yang mengarahkan kepada sikap permusuhan dan kebencian. Kalau bisa sih, aksi berbalas kartun ini diteruskan saja dengan ide-ide yang lebih canggih dan benar-benar bisa membuat kita tertawa.

ps : saya suka banget sama kartun Benny & Mice di Kompas edisi Minggu.