Thursday, October 19, 2006

Farewell

Kata-kata apa sih yang pas buat ngungkapin perasaan saat perpisahan? Nggak tau. Mungkin nggak perlu kata-kata khusus juga. Biarkan semua mengalir. Wajar dan apa adanya. Karena hukum alam kan tetap berlaku :
buah pala di perempatan, buah batu di pertigaan
dimana ada pertemuan disitu ada perpisahan


Hari ini, 19 Oktober 2006, adalah hari terakhirku di Gelson's Adv. Tempat bekerjaku selama hampir 6 tahun. Ada begitu banyak kenangan disini. Suku duka, marah gembira, sedih dan tawa. Semuanya membawakan kesan istimewa. Orang-orang di dalamnya, semuanya menyenangkan. Jadi untuk mengenang itu semua, hal pertama yang aku lakukan adalah mengenang saat pertemuan sambil ketawa-tawa, saling becanda. Trus berpamitan sama mereka. Minta maaf untuk semua kesalahan yang pernah aku lakukan, ngomong perasaan senang banget udah pernah kerja bareng sebagai sebuah tim yang solid, dan saling mendoakan.

Selamat tinggal Gelson's Adv. Kau adalah salah satu universitas kehidupanku.

Tuesday, October 17, 2006

puisi lama (lagi)

Jakarta, August 8, 2005


Dear bojoku yang paling manis,
Biarkan angin berhembus dan mengusap pipimu,
Aku takkan cemburu

Biarkan air hujan menyegarkanmu,
Aku takkan iri

Biarkan lagu itu menghanyutkanmu,
Aku takkan marah

Tapi jangan biarkan hatimu meragukan cinta dan sayangku,
Karena aku akan marah penuh serapah.

Malam telah datang,
Tempat tidur pun terhampar
Menyambut kita untuk terus berdekapan
Sepenuh mesra
Meski tak dihiasi bunga-bunga


(anjrit udah jam 6, besok terusin lagi deh)

Sunday, October 15, 2006

bicara batu

ingin kulihat sebongkah batu
dan mengajaknya bercakap-cakap
karena aku percaya
ia bisa menyimpan rahasia

tak peduli udara beku,
tak terganggu hujan berubah duri
yang menghentikan darah
menawarkan kematian

aku ingin bicara
kepada batu-batu
karena kami lebih memilih diam
di tengan keramaian

Tuesday, October 03, 2006

Psychology Defense

Mohon maaf buat yang pernah atau sedang mendalami ilmu psikologi karena saya membuat istilah yang memakai kata psychology. Saya juga kurang tahu apakah istilah Psychology Defense ada dalam ilmu psikologi dan kalo ada apakah interpretasi saya sama dengan apa yang ada dalam ilmu psikologi, saya kurang tahu. Psychology Defense saya artikan sebagai suatu mekanisme pertahanan kejiwaan seseorang ketika menghadapi tekanan, baik yang berupa caci maki, kemarahan, penghinaan sampai permusuhan. Sistem pertahanan ini muncul ketika pada saat mendapat tekanan, orang tersebut tidak mempunyai atau tidak diberi kesempatan untuk membela diri. Seseorang yang diserang terus menerus dengan caci maki, hinaan, dianggap remeh dan hal-hal jelek lainnya, pasti akan merasa tertekan. Tekanan ini bisa membuat orang tersebut, secara tak sadar mengakui bahwa dia memang seperti apa yang dikatakan itu. Keadaan itu akan sama dengan cerita tentang kodok yang dimasukkan kotak yang sempit dan pendek dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kodok tersebut akhirnya ketika dipindah ke kotak yang lebih luas dan tinggi, tetap saja dia melompat seukuran kotak yang sempit tersebut. Atau ada lagi cerita soal gajah yang diikat dengan rantai pendek dalam waktu tertentu, sehingga dia nggak bisa jalan jauh-jauh. Dan suatu saat ketika gajah itu diberi rantai yang panjang dia tak berani melangkah lebih jauh lagi. Dan masih banyak lagi cerita sejenis.
Nah, menurut saya ketika seseorang mendapat caci maki, dan lain sebagainya itu dia harus membuat sistem pertahanan psikologis dengan cara dia menolak untuk mengakui apa yang terlontar dari caci maki tersebut. Dimanakah dia bisa membuat sistem pertahanan psikologis itu? Ya dalam pikirannya sendiri. Dia bisa bicara kepada dirinya sendiri bahwa dia adalah seorang yang baik, kuat, cerdas, ulet, dan kata-kata posistif lainnya yang melawan kata-kata negatif yang terlontar dari caci maki.
Adakah sistem pertahanan ini secara otomatis ada dalam setiap orang? Menurutku sih ada. Dia hadir secara alami. Pertama, karena kita punya akal. Kedua, karena kita punya kesadaran. Ketiga, karena kita punya kecenderungan untuk menganggap diri sendiri pasti lebih baik dari orang lain ( kalo yang ekstrem sih sikap narsis kali). Lalu bagaimana pengaruhnya ketika orang tersebut membuat psychology defense terhadap apa yang sedang menimpa dirinya? Pengaruhnya besar dan bermanfaat sekali, terutama buat dirinya. Dia pasti akan lebih bisa menyikapi cacian dengan tenang dan sabar.Dia tak perlu malu dengan cacian. Toh itu cuma cacian bukan kenyataan yang sebenarnya.
Demikianlah.