Monday, March 06, 2006

Raju oh Raju

Sial bener nasibmu nak. Disidang di lembaga pengadilan di Indonesia. Sebuah lembaga yang justru menjauhkan dirimu dari keadilan. Sebuah lembaga yang mukanya mirip monster, musuh pahlawan-pahlawan yang kamu kagumi. Dan kini kamu sendirilah yang menghadapi monster-monster itu. Sedangkan pahlawan-pahlawan yang kagumi entah berada dimana.

Kuatkan hatimu nak. Karena para monster itu tak punya hati. Mereka hanya punya satu mata itupun buta. Sayang sekali. Jadi mereka, para monster itu, nggak bisa melihat dengan cara pandang yang beda. Mereka nggak peduli apa yang namanya trauma, keadilan hukum, psikologis anak, dunia anak-anak, ataupun istilah lain yang melukiskan penderitaanmu. Mata dan hati mereka telah tertutup sama pasal-pasal hukum dunia monster.

Inilah realita dunia hukum para monster. Anak kecil sepertimu harus menanggung beban batin dan pengalaman menakutkan seumur hidup, sementara para bandit yang jelas-jelas sudah membuat teror justru dibiarkan jalan-jalan. Bebas berkeliaran kayak anjing hutan.

Percayalah nak, Bapak, Ibumu dan berjuta-juta orang yang dari jauh hanya bisa melihatmu, itupun hanya lewat tv, terus mendukungmu. Mencoba membuat kamu tertawa di tengah traumamu.

4 comments:

Anonymous said...

pengadilan indonesia rasanya hanya berpihak pada yang berkuasa dan yang punya uang. bagaimana dengan rakyat jelata? embuh.....

makasih mas, udah mampir ke blog saya. kalo ingin tahu saya bekerja apa, silakan baca di profil saya, lewat menu about irf....(ehehehe, alasan, biar ngunjungi blog saya lagi....)

Anonymous said...

kadang aku penasaran dan miris ... bagaimana menghilangkan trauma kepada mereka2 yg masih belia. baik seperti raju (yg harusnya tidak perlu melewati rangkaian proses mengerikan untuk bocah seumurannya), atau bocah-bocah cilik lainnya yang mengalami kekerasan --baik kekerasan fisik maupun seksual.

pekerjaan yang berat sepertinya. karena di AS, pelaku kekerasan thd anak biasanya dilakukan oleh mereka yang pernah mengalami hal serupa di masa lalunya.

makasih dah mampir ke blog saya ... jangan lupa mampir lagi ... :)

Anonymous said...

Kasus Raju sangat menarik sekali. Saya tidak mengerti aspek hukumnya bagaimana. Tapi disini saya melihat pers (atau mungkin pengacara raju yang take advantages) kurang imbang. Tidak ada (mungkin sedikittt) berita dari sisi lawan berkelahi si Raju. Bagaimana Raju yang telah meniru gaya SmackDown (lagi-lagi efek TV) lawannya. Siapa sih Raju dan Siapa sih lawan berkelahinya.

Saya kasihan lihat Raju (yang menurut saya korban dari adegan kekerasan) dan juga "sangat kasihan" sama lawan berkelahinya yang keadaan ekonominya jauh dibawah Raju. Hanya karena minta bantuan biaya berobat malah ortu-nya Raju menantang untuk dibawa ke pengadilan. So dimanakan hukum berpihak saat ini?

Artikel dari Antara:
BERAWAL DARI PERMINTAAN BEROBAT KE DOKTER, KASUS RAJU PUN MEREBAK
http://www.antara.co.id/seenws/index.php?id=29022

Anonymous said...

wah, bahasa jawa halusnya maut, man! sangar tenan....hehehehehe

matur nuwun ugi dalem aturaken dhumateng mas biyan. (kukur-kukur rambut, bingung arep neruske ngomong opo). dalem sanes juruwarto wonteng ing solopos. dalem juruwarto wonten ing Jawa Pos Radar Solo.

panjenengan saking solo to, mas?
dalem link njih, blog panjenengan? angsal to? nangin panjenengan nggih kedah nge-link blog dalem ....hehehehehe (pusing aku, kalo ngomong bahasa jawa halus. lha wong pating plethat plethot...kekekek)