Friday, March 24, 2006

Api di ladang jagung

Siapakah yang menaruh api di ladang jagung kami di musim panas ini? Maka api pun tak lama berkobar. Binatang-binatang berlari dalam kalut. Orang-orang berhamburan menyambut maut. Serangga-serangga malam serempak terbang tanpa pemberitahuan. Lalu tak lama kemudian, ladang jagung telah berubah jadi ladang pembantaian harapan. Meninggalkan jejak berupa abu, asap dan juga kepedihan.

Siapakah yang menaruh api di ladang jagung kami di musim panas ini? Orang-orang jadi kehilangan harapan. Karena tak jadi panen tahun ini. Ini berarti anak-anak tak bisa sekolah, makan cuma ketela kering sisa panen kemarin dan ambil hutang bibit jagung lagi kepada tengkulak.

Pada awalnya adalah berita akan dibangunnya jalan raya yang lebar dan mahal di atas ladang jagung ini. Siapapun yang punya ladang jagung ini harus mau pindah. Ada uang pengganti katanya. Namun kami tak tahu apakah jumlahnya bisa untuk membeli ladang jagung yang sama dengan ladang jagung kami. Lalu mereka datang, membawa uang dan surat perjanjian. Satu-satu kami disuruh tanda tangan. Tapi kami menolak. Mereka pun pulang. Kami lega. Esok harinya mereka datang lagi. Lagi-lagi bawa surat perjanjian dan uang, jumlahnya ditambah kata mereka. Kami masih menolaknya. Mereka pun pulang. Tapi kami tidak lega, bahkan kami merasa khawatir dan cemas. Karena saat mereka pulang, kami lihat ada api berkobar di mata mereka.

Akhirnya inilah yang terjadi. Kami sekarang cuma bisa melihat abu dan sisa-sisa asap kebakaran.

1 comment:

Anonymous said...

mas, sing diobong ladang jagunge sopo? hehehe

gimana kabar syifa? udah baikan? kapan mulih nang solo?