Enyahlah
Masih saja pikirkan tentangmu
Bersama luka yang kau tinggalkan
Jadikan hidup s’ketika lumpuh
Meski sadar harus dirasakan
Karena kutahu hidup ini milikku
Karena kutahu kau tak mau berbagi
Cinta telah menjelma duka kepedihan
tak kan kembali walau sangat kuharapkan
*enyahlah engkau wahai duka
enyahlah sekarang juga
enyahlah kau wahai cinta
enyahlah tanpa berita
masih saja pikirkan tentangmu
biar saja, tetap kubiarkan
aku cuma manusia dungu
tak mampu halau kenangan
Jakarta, 8 Februari 2006
Cemburuku
Aku sungguh cemburu kepada angin
Yang setiap saat bisa menyentuh tubuhmu
Aku sungguh cemburu kepada cermin
Yang selalu kau tatap sepanjang waktu
Tak kan kubiarkan debu
Mengotori kulitmu
Sungguh kulakukan itu
Karna ku cinta kamu
Apa saja yang jadi perhatianmu
Aku ingin itu adalah aku
Apa saja yang akan kau lakukan
Aku ingin selalu bersamaku
*cinta telah membuatku gila
menganggap kamu untukku saja
maafkan bila kamu tersiksa
aku tak peduli itu s’mua
Aku sungguh cemburu kepada hujan
Saat kau bilang ia menyejukkan
Takkan pernah berhenti aku yakinkan
Akulah satu-satunya pahlawan
Jakarta, 8 Februari 2006
Hanya Bayang
Dunia jadi penuh pelangi
Saat kau usap pipiku
Sepenuh mesra dari hati
Melambungkan isi kalbu
Tawamu terbitkan gairah
Usir resah lari menjauh
Ringankan kaki melangkah
Sambut mimpi harap kutempuh
*ternyata semua hanya bayang
hadirkan seribu luka, bahkan sejuta
menggantung diriku di awang
menghempaskanku ke jurang nestapa
ternyata semua hanya bayang
tak ada lagi cinta, apalagi sentuhan
diriku hanyalah kain usang
yang teronggok pilu di pojok jaman
Jakarta, 8 Februari 2006
Kau tak Tergantikan
Kalau kudamai saat memeluknya
Itu semua bohong
Kalau ia membuat hatiku penuh
Pasti itu juga bohong
Cuma kamu yang bertahta di hidupku
Tak tergantikan, sungguh tak akan
Aku coba berjalan melewati waktu
Cuma luka yang aku dapatkan
Tolong kembalikan separo hatiku
Jangankan untuk menatap tegak dunia
Membuka mata saja rasanya kelu
Gelap gelap seakan hidup dalam goa
* Kau tak tergantikan
sudah berkali-kali kunyatakan
kau tak tergantikan
ku sperti menunggu kematian
Jakarta, 8 Februari 2006
Lalu Waktu
Detik berganti
Cerita berganti
Ada tetes airmata
juga derai tawa
semua mengalir
berjuta rupa hadir
tak mengapa, o tak mengapa
aku jadi tumpahan segala
* orang-orang hempaskan beban
jadikanku sandaran
bebaskan hati yang pedih
dari duka yang merintih
esok pasti bertemu
kudengar lagi seribu rahasia
semua kubagi padamu
hanya denganmu aku bisa bicara
kita cuma lampu dan bangku taman
jadi saksi beragam perjalanan
tak ada hitam putih kehidupan
demi murninya kesaksian
Jakarta, 8 Februari 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
makasih bgt ya commentnya. soal "pahlawan" itu, emang ini ego laki-laki yg selalu pingin dianggap pahlawan di mata kekasihnya."pahlawan cinta" kali ya..ha..ha.. jadi bukan pahlawan bangsa atau pahlawan revolusi mba.
Post a Comment